BAB
II
DESKRIPSI
OBYEK PENELITIAN
A.
SEJARAH
SINGKAT KECAMATAN SENTOLO
Sentolo adalah
sebuah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo sendiri adalah
sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya
adalah Wates. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Bantul di timur, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta
Kabupaten Magelang di utara. Nama Kulon Progo berarti sebelah barat Sungai
Progo (kata kulon dalam Bahasa Jawa artinya barat). Kali Progo membatasi
kabupaten ini di sebelah timur.
Kabupaten Kulon
Progo terdiri atas 12 kecamatan, yang dibagi lagi atas 88 desa dan kelurahan,
serta 930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun). Pusat
pemerintahan di Kecamatan Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya
dari pusat Ibukota Propinsi DIY, di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa
(Surabaya-Yogyakarta-Bandung/Jakarta). Wates juga dilintasi jalur kereta api
lintas selatan Jawa.
Bagian barat
laut wilayah kabupaten ini berupa pegunungan (Bukit Menoreh), dengan puncaknya
Gunung Gajah (828 m), di perbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Sedangkan di
bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai. Pantai
yang ada di Kabupaten Kulonprogo adalah Pantai Congot, Pantai Glagah (10 km
arah barat daya kota Wates atau 35 km dari pusat Kota Yogyakarta) dan Pantai
Trisik.
Dahulu Sentolo
merupakan ibu kota kabupaten, namun setelah Kabupaten Adikarto digabungkan,
maka ibukotanya berpindah ke Wates, Kulon Progo. Sentolo yang saat ini termasuk
wilayah Kabupaten Kulon Progo hingga berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia
Belanda merupakan wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kulon Progo yang
merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kabupaten Adikarto
yang merupakan wilayah Kadipaten Pakualaman. Kedua kabupaten ini digabung
administrasinya menjadi Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 15 Oktober 1951.
Sebelum Perang
Diponegoro di daerah Negaragung, termasuk di dalamnya wilayah Kulon Progo,
belum ada pejabat pemerintahan yang menjabat di daerah sebagai penguasa. Pada
waktu itu roda pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang berkedudukan di
Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah Perang Diponegoro 1825-1830 di wilayah Kulon
Progo sekarang yang masuk wilayah Kasultanan terbentuk empat kabupaten yaitu:
1.
Kabupaten Pengasih,
tahun 1831
2.
Kabupaten Sentolo,
tahun 1831
3.
Kabupaten Nanggulan,
tahun 1851
4.
Kabupaten Kalibawang,
tahun 1855
Masing-masing
kabupaten tersebut dipimpin oleh seorang tumenggung. Menurut buku Prodjo
Kejawen pada tahun 1912, Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang
digabung menjadi satu dan diberi nama Kabupaten Kulon Progo, dengan ibukota di
Pengasih. Bupati pertama dijabat oleh Raden Tumenggung Poerbowinoto.[1]
Dalam perjalanannya, sejak 16 Februari 1927 Kabupaten Kulon Progo dibagi atas
dua kawedanan dengan delapan kapanewon, sedangkan ibukotanya dipindahkan ke
Sentolo. Dua kawedanan tersebut adalah Kawedanan Pengasih yang meliputi
Kapanewon Lendah, Sentolo, Pengasih dan Kokap/Sermo. Kawedanan Nanggulan
meliputi Kapanewon Watumurah/Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh.
Batas Wilayah
Kecamatan Sentolo adalah
Utara Kecamatan : Kec.
Nanggulan
Timur Kecamatan : Sungai
Progo
Selatan Kecamatan : Kec.
Lendah
Barat Kecamatan : Kec.
Pengasih
B.
ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN
Kecamatan
Sentolo saat ini dipimpin oleh camat peremupan, yaitu Ir. Aspiyah, M.Si. Letak
ibukota kecamatan Sentolo berada di Desa Salamrejo. Kecamatan Sentolo terdiri
dari 8 (delapan) desa. Berikut adalah nama-nama desa di Kecamatan Sentolo.
Tabel 1
Pembagian Administrasi Pemerintahan
No
|
Nama
Desa
|
Kepala
Desa
|
Jumlah
Pedukuhan
|
Jumlah
Rw
|
Jumlah
Rt
|
1
|
Demangrejo
|
Sugeng
|
6
|
11
|
23
|
2
|
Srikayangan
|
Sumarsono,
BA
|
15
|
30
|
60
|
3
|
Tuksono
|
Panut
Hadi Santoso
|
12
|
24
|
48
|
4
|
Salamrejo
|
RS.
Harjanto
|
8
|
18
|
36
|
5
|
Sukoreno
|
Sarinem
Sastradiatmadja
|
13
|
26
|
52
|
6
|
Kaliagung
|
Drs.
Sasmito Hadi
|
12
|
24
|
48
|
7
|
Sentolo
|
Teguh
|
12
|
29
|
60
|
8
|
Banguncipto
|
Sukamta
|
6
|
14
|
28
|
|
|
Jumlah
Total
|
84
|
176
|
355
|
Sumber: Sentolo dalam angka 2010
Dengan jumlah
penduduk 55.952 jiwa,terdiri dari 15.550 KK. Dari jumlah itu, terdapat Sebanyak
5.348 KK (34,39 %) dikategorikan keluarga miskin. Berikut adalah tabel jumlah
penduduk di Kecamatan Sentolo.
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No
|
Desa
|
Jumlah
KK
|
Jumlah
Penduduk
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Demangrejo
|
991
|
1.843
|
1.871
|
2
|
Srikayangan
|
1.671
|
5.815
|
2.704
|
3
|
Tuksono
|
2594
|
4.735
|
4.667
|
4
|
Salamrejo
|
1.863
|
3.229
|
3.425
|
5
|
Sukoreno
|
2.539
|
4.754
|
4.734
|
6
|
Kaliagung
|
1.896
|
3.424
|
6.897
|
7
|
Sentolo
|
2.825
|
4.875
|
9.626
|
8
|
Banguncipto
|
1171
|
2.200
|
4.329
|
|
Total
|
15.550
|
27.757
|
28.168
|
Sumber: Sentolo dalam angka 2010
Dilihat dari
mata pencahariannya, masyarakat Kecamatan Sentolo mayoritas adalah petani dan
beternak sekaligus sebab daerah ini meupakan salah satu lumbung pangan (padi)
di Kabupaten Kulonprogo. Berikut adalah penjelasan tentang jumlah mata
pencaharian penduduk Kecamatan Sentolo.
Tabel 3
Mata pencaharian
No
|
Mata
Pencaharian
|
Jumlah
(orang)
|
1
|
Petani
|
18421
|
2
|
Nelayan
|
-
|
3
|
Penambang
|
155
|
4
|
Peternak
|
12608
|
5
|
Pedagang
|
1637
|
6
|
Menyewakan
rumah
|
-
|
7
|
PNS
|
1186
|
8
|
TNI/POLRI
|
132
|
9
|
Buruh
pabrik/ industri
|
2832
|
10
|
Buruh tani
|
10037
|
11
|
Buruh
bangunan
|
3715
|
12
|
Pengrajin
|
1682
|
13
|
Pengusaha/
pemilik industri
|
1557
|
14
|
Penjahit
|
89
|
Sumber: Sentolo dalam angka 2010
Mata pencaharian
ini berkaitan dengan angkatan kerja yang terdapat di Kecamatan Sentolo. Kaitan
ini terdapat apad sampai sejauhmana mata pencaharian tersebut tercermin dari
sejauhmana angkatan kerja yang tersedia.
Tabel 4
Angkatan Kerja
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
1.
|
Penduduk
usia kerja
|
24.629
|
2.
|
Penduduk
bukan usia kerja
|
31.296
|
3.
|
Angkatan
kerja
|
16.006
|
4.
|
Bukan
angkatan kerja
|
39919
|
5.
|
Penduduk
masih sekolah
|
44.392
|
6.
|
Ibu rumah
tangga
|
1746
|
7.
|
Penduduk
yang bekerja
|
28.609
|
8.
|
Penduduk
yang menganggur
|
2.944
|
Sumber: Sentolo dalam angka 2010
Sebagai daerah
yang termasuk memiki penduduk miskin yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat
dari kualitas angkatan kerja berdasar pada tingkat pendidikannya. Pada angkatan
kerja dengan hanya tamatan Sekolah Dasar ternyata memiliki jumlah yang cukup
tinggi.
Tabel 4
Kualitas Angkatan Kerja
No
|
Tingkat
Pendidikan Angkatan Kerja
|
Jumlah
|
1.
|
Buta huruf
|
414
|
2.
|
Tidak tamat
SD
|
6.570
|
3.
|
Tamat SD
|
26.134
|
4.
|
SLTP
|
17.010
|
5.
|
SLTA
|
2548
|
6.
|
Perguruan
tinggi
|
2492
|
Sumber: Sentolo dalam angka 2010
C.
POTENSI
EKONOMI
Secara
umum, sebagaimana disebut bahwa kecamatan Sentolo terdiri dari pegunungan dan
dataran, dimana dataran memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Dibidang
ini, pertanian tidak didominasi oleh salah satu jenis tanaman pertanian semata,
tetapi sangat bervariataif tergantung kebutuhan pertanian. Namun demikian,
jumlah produksi tanaman padi masih menjadi tanaman yang cukup banyak diminati.
Hal ini dikarenakan, tanaman padi masih merupakan tanaman sebagai sumber
makanan pokok. Selain itu, masalah irigasi atau pengairan tidak menjadi masalah
di Sentolo meski pada beberapa tempat dalam jumlah kecil di Sentolo masih
bergantung pada pengairan tadah hujan.
Pertanian
ini berkaitan dengan peternakan, peternakan ini oleh para petani juga menjadi penopang.
Berikut adalah tabel tentang luas daerah dan jumlah produksi pertanian di
Sentolo. Untuk potensi ekonomi dibidang pertanian, dilihat dari jumlah
rata-rata, jumlah ini merupakan jumlah rata-rata produksi pertanian di
Kulonprogo. Artinya di keamatan Sentolo dalam bidang pertanian ini tidak ada
sesuatu yang menonjol.
Tabel 5
Potensi Pertanian Kecamatan Sentolo
No
|
Desa
|
Luas daerah pertanian (ha)
|
Juml produksi
(ton)
|
Rata-rata produksi (kw/ha)
|
1
|
Demangrejo
|
115,00
|
709,66
|
61,71
|
2
|
Srikayangan
|
528,00
|
3.261,33
|
61,77
|
3
|
Tuksono
|
298,00
|
1.850,83
|
62,11
|
4
|
Salamrejo
|
108,00
|
682,36
|
63,18
|
5
|
Sukoreno
|
362,00
|
2.271,88
|
62,76
|
6
|
Kaliagung
|
173,00
|
1.069,51
|
61,82
|
7
|
Sentolo
|
168,00
|
1.062,97
|
63,27
|
8
|
Banguncipto
|
276,00
|
1.788,77
|
64,81
|
Jumlah Total
|
2.028,00
|
12.697,31
|
62,61
|
Sumber: Sentolo dalam angka 2010
Selain
potensi pertanian, potensi ekonomi lain yang cukup besar adalah potensi jasa
dan perdagangan. Potensi perdagangan dapat dilhat dari keberadaan pasar yang
tersebar di Sentolo, sedangkan jasa lebih banyak di dominasi oleh lembaga
keuangan.Bahkan pasar Sentolo menjadi pasar yang menjadi pusat kulakan (grosir)
bagi pedagang pada kecamatan yang ada disekitarnya, seperti Nanggulan.
Tabel 6
Potensi Pertanian Kecamatan Sentolo
No
|
Desa
|
Pasar
|
Bank/Koperasi
|
1
|
Demangrejo
|
-
|
1
|
2
|
Srikayangan
|
1
|
2
|
3
|
Tuksono
|
1
|
1
|
4
|
Salamrejo
|
1
|
2
|
5
|
Sukoreno
|
-
|
1
|
6
|
Kaliagung
|
-
|
1
|
7
|
Sentolo
|
1
|
8
|
8
|
Banguncipto
|
-
|
1
|
Sumber: Sentolo dalam angka 2010
D.
POTENSI
SOSIAL DAN BUDAYA DI KECAMATAN SENTOLO
Kecamatan
Sentolo yang terdiri dari delapan desa yaitu Desa Demangrejo, Desa Srikayangan,
Desa Tuksono, Desa Salamrejo, Desa Sukoreno, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, dan
Desa Banguncipto memiliki potensi sosial dan budaya yang cukup besar. Potensi
sosial itu terutama ditunjukkan dengan tradisi gotong royong yang terdapat pada
masyarakatnya. Karena itu meski termasuk daerah dengan jumlah penduduk miskin
yang cukup tinggi, daerah ini tidak terdapat kasus-kasus gizi buruk. Sebagai
daerah yang memiki tingkat penduduk miskin yang tinggi inilah yang menjadikan
Kecamatan Sentolo menjadi kecamatan sasaran yang mendapatkan PNPM Mandiri.
Potensi sosial
yang baik ini juga ditunjang oleh potensi budaya. Budaya inilah yang menjadi
cermin dari potensi sosial sebab dari budaya tersebut nampak jelas budaya gotng
royong. Potensi kesenian yang ada di Kecamatan Sentolo adalah sebagai berikut :
1.
Jatilan.Terdapat di
Desa Salamrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Demangrejo, Desa
Banguncipto, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua
Turangga Muda, terdapat di Karangpatihan Desa Demangrejo, berdiri pada tahun
1930.
2.
Karawitan. Terdapat di
Desa Salamrejo, Desa Tuksono, Desa Demangrejo, Desa Banguncipto, Desa
Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua Muda Baroto, terdapat
di Banaran Kidul Desa Banguncipto, berdiri pada tahun 1948.
3.
Ketoprak. Terdapat di
Desa Salamrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Banguncipto, Desa
Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua Ketoprak Siwalan,
terdapat di Siwalan Desa Sentolo, berdiri pada tahun 1950.
4.
Reog.Terdapat di Desa
Srikayangan dan Desa Tuksono.
Organisasi tertua Reog Tri Manunggal, terdapat di Panjul Desa
Srikayangan, berdiri pada tahun 1992.
5.
Oglek. Terdapat di Desa
Salamrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Demangrejo, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi
tertua Langen Budaya, terdapat di Taruban Wetan Desa Tuksono, berdiri pada
tahun 1950.
6.
Slawatan. Terdapat di
Desa Salamrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Demangrejo, Desa
Banguncipto, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua
Slawatan Bulak, terdapat di Bulak Desa Tuksono, berdiri pada tahun 1932.
7.
Campursari. Terdapat di Desa Srikayangan dan Desa
Sentolo. Organisasi tertua Sekar Manis, terdapat di Dlaban Desa Sentolo,
berdiri pada tahun 1998.
8.
Qasidah. Terdapat di
Desa Banguncipto dan Desa Sentolo. Organisasi tertua Qasidah Malangan, terdapat
di Malangan Desa Sentolo, berdiri pada tahun 1962.
9.
Keroncong. Terdapat di Desa Sentolo dan Desa Sukoreno.
Organisasi tertua Irama Senja, terdapat di Pengangan Desa Sentolo, berdiri pada
tahun 1983.
10.
Rodat. Terdapat di Desa Tuksono dan Desa Demangrejo.
Organisasi tertua Rodat Kalisoka, terdapat di Kalisoka Desa Tuksono, berdiri
pada tahun 1960.
11.
Kobrasiswa. Terdapat di
Jetak Desa Sentolo, organisasinya Kobrasiswa Jetak, berdiri pada tahun 1994.
Potensi yang
sosial dan budaya juga sangat dudukung oleh upacara-upacara adat yang ada di
Kecamatan Sentolo. Beberapa diantaranya adalah:
1.
Upacara Bersih Dusun
Tuksono. Terdapat di Desa Tuksono, waktu pelaksanaan bulan Besar, hari dan
pasaran tidak tetap dan dilaksanakan satu tahun sekali, pelakunya masyarakat
Tuksono. Upacara mboyong Mbok Sri atau Dewi Padi dari wiwit (methik) dengan
selamatan kemudian dibawa pulang (pedaringan).
Setelah panen dengan mboyong Mbok Sri warga mengadakan syukuran kepada
Tuhan Yang Maha Esa melalui Eyang Kertayuda (Cikal bakal Tuksono) agar diberi
keselamatan dan apa yang diinginkan dapat terkabul.
2.
Upacara Saparan
Banguncipto. Terdapat di Desa Banguncipto, waktu pelaksanaan bulan Sapar,
Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon setiap tahun sekali, pelakunya masyarakat
Sorogenen. Upacara dilaksanakan di
Sorogenen, merupakan petilasan Kyai / Nyai Sorogeni Surani istri dari
Blambangan yang menetap disitu.
Sorogenen berada di Gunung Karang.
Maksud upacara mengucapkan sedekah di Petilasan.
E.
PARTISIPASI
MASYARAKAT SENTOLO DALAM PNPM MANDIRI
Kecamatan
Sentolo telah berpartisipasi dalam PPK sejak tahun 1998, dan sampai saat ini
telah mendapat alokasi BLM PPK I (Siklus 1/2/3) Rp. 1.999.986.000, dan PPK III
(Siklus 7/8/11) TA 2005 Rp 750.000.000. Tahun 2006 (PNPM Rehabilitasi Pasca
Gempa) Rp 1.400.000.000. Memasuki TA 2007 kecamatan ini berpatisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan dengan BLM
sebesar Rp 750.000.000,00 (TA 2007), Rp 1.750.000.000,00 (TA 2008), Rp
2.000.000.000 (TA 2009), Rp 2.000.000.000 (TA 2010) dan Rp 600.000.000 (TA
2011) sampai dengan saat ini dana BLM PPK-PNPM-MP di Kecamatan Sentolo adalah
Rp 11.249.986.000.
Berikut adalah
besaran dana yang dikelola masyarakat Kecamatan Sentolo selama tahun 2011 dalam
program PNPM mandiri dalam kegiatan dana bergulir.
a.
Kondisi Usaha Ekonomi
Produktif (UEP) Januari- 31 Oktober 2011
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
Satuan
|
1
|
Jml
Kelompok
|
28
|
Kel
|
2
|
Penerima
Pinjaman
|
220
|
Orang
|
3
|
Jml
Dana yang sudah Digulirkan
|
1.052.500.000
|
Rp
|
4
|
Saldo
Pinjaman di Masyarakat
|
978.075.600
|
Rp
|
5
|
Prosentase
Pengembalian
|
98,69
|
%
|
6
|
Tunggakan
Kolektibilitas V *)
|
57.166.800
|
Rp
|
|
*)
Tunggakan Lebih dari 6 bl
|
|
|
b.
Kondisi
Simpan Pinjam Kel. Perempuan (SPP) Januari- 31 Oktober 2011
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
Satuan
|
|
Jml
Kelompok
|
66
|
Kel
|
|
Penerima
Pinjaman
|
507
|
Orang
|
|
Jml Dana yang
Digulirkan
|
1.522.500.000
|
Rp
|
|
Saldo
Pinjaman di Masyarakat
|
1.098.634.800
|
Rp
|
|
Prosentase
Pengembalian
|
99,58
|
%
|
|
Tunggakan
Kolektibilitas V *)
|
20.821.200
|
Rp
|
|
*)
Tunggakan Lebih dari 6 bl
|
|
|
c.
Keuangan
UPK
a.
Berdasarkan
Neraca Microfinance per 31 Oktober 2011
No
|
AKTIVA
|
Rp
Juta
|
PASIVA
|
Rp
Juta
|
1
|
Kas
|
547.400,0
|
Hutang
|
16.157.197,5
|
2
|
Bank
|
692.959.828,5
|
Modal
BLM UEP/SPP
|
1.523.937.764,0
|
3
|
Pinjaman
di masy
|
2.076.710.400,
|
Bunga
bank BPPK 2008
|
1.068.612,0
|
4
|
Inventaris
/ Aktiva Tetap
|
14.803.866,7
|
Bunga
bank BPPK 2009
|
1.806.035,0
|
|
|
|
AO
UPK
|
224.839.581,0
|
5
|
Rupa
rupa aktiva
|
1.162.500,0
|
Surplus/defisit
ditahan
|
756.725.296,7
|
|
|
|
Surplus/defisit
berjalan
|
261.649.506,0
|
6
|
Jumlah
|
2.786.183.992,2
|
Jumlah
|
2.786.183.992,2
|
b.
Berdasarkan
Laporan Operasional UPK per 31 Oktober
2011
No
|
Uraian
|
Rupiah
|
|
Total
Pendapatan
|
431.427.256,00
|
|
Total
Biaya
|
166.821.847,00
|
|
Biaya
Operasional UPK
|
169.288.258,00
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar