Senin, 07 Januari 2013

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN


BAB II
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A.           SEJARAH SINGKAT KECAMATAN SENTOLO
Sentolo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo sendiri adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Wates. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di timur, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta Kabupaten Magelang di utara. Nama Kulon Progo berarti sebelah barat Sungai Progo (kata kulon dalam Bahasa Jawa artinya barat). Kali Progo membatasi kabupaten ini di sebelah timur.
Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan, yang dibagi lagi atas 88 desa dan kelurahan, serta 930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun). Pusat pemerintahan di Kecamatan Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari pusat Ibukota Propinsi DIY, di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Bandung/Jakarta). Wates juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Jawa.
Bagian barat laut wilayah kabupaten ini berupa pegunungan (Bukit Menoreh), dengan puncaknya Gunung Gajah (828 m), di perbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai. Pantai yang ada di Kabupaten Kulonprogo adalah Pantai Congot, Pantai Glagah (10 km arah barat daya kota Wates atau 35 km dari pusat Kota Yogyakarta) dan Pantai Trisik.
Dahulu Sentolo merupakan ibu kota kabupaten, namun setelah Kabupaten Adikarto digabungkan, maka ibukotanya berpindah ke Wates, Kulon Progo. Sentolo yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo hingga berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda merupakan wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kulon Progo yang merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kabupaten Adikarto yang merupakan wilayah Kadipaten Pakualaman. Kedua kabupaten ini digabung administrasinya menjadi Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 15 Oktober 1951.
Sebelum Perang Diponegoro di daerah Negaragung, termasuk di dalamnya wilayah Kulon Progo, belum ada pejabat pemerintahan yang menjabat di daerah sebagai penguasa. Pada waktu itu roda pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang berkedudukan di Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah Perang Diponegoro 1825-1830 di wilayah Kulon Progo sekarang yang masuk wilayah Kasultanan terbentuk empat kabupaten yaitu:
1.             Kabupaten Pengasih, tahun 1831
2.             Kabupaten Sentolo, tahun 1831
3.             Kabupaten Nanggulan, tahun 1851
4.             Kabupaten Kalibawang, tahun 1855
Masing-masing kabupaten tersebut dipimpin oleh seorang tumenggung. Menurut buku Prodjo Kejawen pada tahun 1912, Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang digabung menjadi satu dan diberi nama Kabupaten Kulon Progo, dengan ibukota di Pengasih. Bupati pertama dijabat oleh Raden Tumenggung Poerbowinoto.[1] Dalam perjalanannya, sejak 16 Februari 1927 Kabupaten Kulon Progo dibagi atas dua kawedanan dengan delapan kapanewon, sedangkan ibukotanya dipindahkan ke Sentolo. Dua kawedanan tersebut adalah Kawedanan Pengasih yang meliputi Kapanewon Lendah, Sentolo, Pengasih dan Kokap/Sermo. Kawedanan Nanggulan meliputi Kapanewon Watumurah/Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh.
Batas Wilayah Kecamatan Sentolo adalah       
Utara Kecamatan        :           Kec. Nanggulan
Timur Kecamatan        :           Sungai Progo
Selatan Kecamatan     :           Kec. Lendah
Barat Kecamatan        :           Kec. Pengasih











B.            ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Kecamatan Sentolo saat ini dipimpin oleh camat peremupan, yaitu Ir. Aspiyah, M.Si. Letak ibukota kecamatan Sentolo berada di Desa Salamrejo. Kecamatan Sentolo terdiri dari 8 (delapan) desa. Berikut adalah nama-nama desa di Kecamatan Sentolo.
Tabel 1
Pembagian Administrasi Pemerintahan

No
Nama Desa
Kepala Desa
Jumlah Pedukuhan
Jumlah Rw
Jumlah Rt
1
Demangrejo
Sugeng
6
11
23
2
Srikayangan
Sumarsono, BA
15
30
60
3
Tuksono         
Panut Hadi Santoso
12
24
48
4
Salamrejo
RS. Harjanto
8
18
36
5
Sukoreno
Sarinem Sastradiatmadja
13
26       
52
6
Kaliagung       
Drs. Sasmito Hadi       
12
24
48
7
Sentolo
Teguh
12
29
60
8
Banguncipto
Sukamta
6
14
28


Jumlah Total
84
176
355
Sumber: Sentolo dalam angka 2010

Dengan jumlah penduduk 55.952 jiwa,terdiri dari 15.550 KK. Dari jumlah itu, terdapat Sebanyak 5.348 KK (34,39 %) dikategorikan keluarga miskin. Berikut adalah tabel jumlah penduduk di Kecamatan Sentolo.


Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No
Desa
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
1
Demangrejo                
991
1.843  
1.871
2
Srikayangan    
1.671
5.815  
2.704
3
Tuksono
2594
4.735
4.667
4
Salamrejo        
1.863  
3.229  
3.425
5
Sukoreno                    
2.539
4.754  
4.734
6
Kaliagung       
1.896  
3.424  
6.897
7
Sentolo                                   
2.825
4.875
9.626
8
Banguncipto               
1171
2.200
4.329

Total
15.550
27.757
28.168
Sumber: Sentolo dalam angka 2010

Dilihat dari mata pencahariannya, masyarakat Kecamatan Sentolo mayoritas adalah petani dan beternak sekaligus sebab daerah ini meupakan salah satu lumbung pangan (padi) di Kabupaten Kulonprogo. Berikut adalah penjelasan tentang jumlah mata pencaharian penduduk Kecamatan Sentolo.
Tabel 3
Mata pencaharian

No
Mata Pencaharian
Jumlah (orang)
1
Petani
18421
2
Nelayan
-
3
Penambang
155
4
Peternak
12608
5
Pedagang
1637
6
Menyewakan rumah
-
7
PNS
1186
8
TNI/POLRI
132
9
Buruh pabrik/ industri
2832
10
Buruh tani
10037
11
Buruh bangunan
3715
12
Pengrajin
1682
13
Pengusaha/ pemilik industri
1557
14
Penjahit
89
Sumber: Sentolo dalam angka 2010


Mata pencaharian ini berkaitan dengan angkatan kerja yang terdapat di Kecamatan Sentolo. Kaitan ini terdapat apad sampai sejauhmana mata pencaharian tersebut tercermin dari sejauhmana angkatan kerja yang tersedia.

Tabel 4
Angkatan Kerja

No
Keterangan
Jumlah
1.
Penduduk usia kerja
24.629
2.
Penduduk bukan usia kerja
31.296
3.
Angkatan kerja
16.006
4.
Bukan angkatan kerja
39919
5.
Penduduk masih sekolah
44.392
6.
Ibu rumah tangga
1746
7.
Penduduk yang bekerja
28.609
8.
Penduduk yang menganggur
2.944
Sumber: Sentolo dalam angka 2010

Sebagai daerah yang termasuk memiki penduduk miskin yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari kualitas angkatan kerja berdasar pada tingkat pendidikannya. Pada angkatan kerja dengan hanya tamatan Sekolah Dasar ternyata memiliki jumlah yang cukup tinggi.

Tabel 4
Kualitas Angkatan Kerja

No
Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja
Jumlah
1.
Buta huruf
414
2.
Tidak tamat SD
6.570
3.
Tamat SD
26.134
4.
SLTP
17.010
5.
SLTA
2548
6.
Perguruan tinggi
2492
Sumber: Sentolo dalam angka 2010




C.           POTENSI EKONOMI
Secara umum, sebagaimana disebut bahwa kecamatan Sentolo terdiri dari pegunungan dan dataran, dimana dataran memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Dibidang ini, pertanian tidak didominasi oleh salah satu jenis tanaman pertanian semata, tetapi sangat bervariataif tergantung kebutuhan pertanian. Namun demikian, jumlah produksi tanaman padi masih menjadi tanaman yang cukup banyak diminati. Hal ini dikarenakan, tanaman padi masih merupakan tanaman sebagai sumber makanan pokok. Selain itu, masalah irigasi atau pengairan tidak menjadi masalah di Sentolo meski pada beberapa tempat dalam jumlah kecil di Sentolo masih bergantung pada pengairan tadah hujan.
Pertanian ini berkaitan dengan peternakan, peternakan ini oleh para petani juga menjadi penopang. Berikut adalah tabel tentang luas daerah dan jumlah produksi pertanian di Sentolo. Untuk potensi ekonomi dibidang pertanian, dilihat dari jumlah rata-rata, jumlah ini merupakan jumlah rata-rata produksi pertanian di Kulonprogo. Artinya di keamatan Sentolo dalam bidang pertanian ini tidak ada sesuatu yang menonjol.
Tabel 5
Potensi Pertanian Kecamatan Sentolo

No
Desa
Luas daerah pertanian (ha)
Juml produksi
(ton)
Rata-rata produksi (kw/ha)
1
Demangrejo
115,00
709,66
61,71
2
Srikayangan
528,00
3.261,33
61,77
3
Tuksono
298,00
1.850,83
62,11
4
Salamrejo
108,00
682,36
63,18
5
Sukoreno
362,00
2.271,88
62,76
6
Kaliagung
173,00
1.069,51
61,82
7
Sentolo
168,00
1.062,97
63,27
8
Banguncipto
276,00
1.788,77
64,81
Jumlah Total
2.028,00
12.697,31
62,61
Sumber: Sentolo dalam angka 2010
Selain potensi pertanian, potensi ekonomi lain yang cukup besar adalah potensi jasa dan perdagangan. Potensi perdagangan dapat dilhat dari keberadaan pasar yang tersebar di Sentolo, sedangkan jasa lebih banyak di dominasi oleh lembaga keuangan.Bahkan pasar Sentolo menjadi pasar yang menjadi pusat kulakan (grosir) bagi pedagang pada kecamatan yang ada disekitarnya, seperti Nanggulan.
Tabel 6
Potensi Pertanian Kecamatan Sentolo

No
Desa
Pasar
Bank/Koperasi
1
Demangrejo
-
1
2
Srikayangan
1
2
3
Tuksono
1
1
4
Salamrejo
1
2
5
Sukoreno
-
1
6
Kaliagung
-
1
7
Sentolo
1
8
8
Banguncipto
-
1
 Sumber: Sentolo dalam angka 2010
D.           POTENSI SOSIAL DAN BUDAYA DI KECAMATAN SENTOLO
Kecamatan Sentolo yang terdiri dari delapan desa yaitu Desa Demangrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Salamrejo, Desa Sukoreno, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Banguncipto memiliki potensi sosial dan budaya yang cukup besar. Potensi sosial itu terutama ditunjukkan dengan tradisi gotong royong yang terdapat pada masyarakatnya. Karena itu meski termasuk daerah dengan jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi, daerah ini tidak terdapat kasus-kasus gizi buruk. Sebagai daerah yang memiki tingkat penduduk miskin yang tinggi inilah yang menjadikan Kecamatan Sentolo menjadi kecamatan sasaran yang mendapatkan PNPM Mandiri.
Potensi sosial yang baik ini juga ditunjang oleh potensi budaya. Budaya inilah yang menjadi cermin dari potensi sosial sebab dari budaya tersebut nampak jelas budaya gotng royong. Potensi kesenian yang ada di Kecamatan Sentolo adalah sebagai berikut :
1.             Jatilan.Terdapat di Desa Salamrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Demangrejo, Desa Banguncipto, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua Turangga Muda, terdapat di Karangpatihan Desa Demangrejo, berdiri pada tahun 1930.
2.             Karawitan. Terdapat di Desa Salamrejo, Desa Tuksono, Desa Demangrejo, Desa Banguncipto, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua Muda Baroto, terdapat di Banaran Kidul Desa Banguncipto, berdiri pada tahun 1948.
3.             Ketoprak. Terdapat di Desa Salamrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Banguncipto, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua Ketoprak Siwalan, terdapat di Siwalan Desa Sentolo, berdiri pada tahun 1950.
4.             Reog.Terdapat di Desa Srikayangan dan Desa Tuksono.   Organisasi tertua Reog Tri Manunggal, terdapat di Panjul Desa Srikayangan, berdiri  pada tahun 1992.
5.             Oglek. Terdapat di Desa Salamrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Demangrejo,  Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua Langen Budaya, terdapat di Taruban Wetan Desa Tuksono, berdiri pada tahun 1950.
6.             Slawatan. Terdapat di Desa Salamrejo, Desa Srikayangan, Desa Tuksono, Desa Demangrejo, Desa Banguncipto, Desa Kaliagung, Desa Sentolo, dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua Slawatan Bulak, terdapat di Bulak Desa Tuksono, berdiri pada tahun 1932.
7.             Campursari.  Terdapat di Desa Srikayangan dan Desa Sentolo. Organisasi tertua Sekar Manis, terdapat di Dlaban Desa Sentolo, berdiri pada tahun 1998.
8.             Qasidah. Terdapat di Desa Banguncipto dan Desa Sentolo. Organisasi tertua Qasidah Malangan, terdapat di Malangan Desa Sentolo, berdiri pada tahun 1962.
9.             Keroncong.  Terdapat di Desa Sentolo dan Desa Sukoreno. Organisasi tertua Irama Senja, terdapat di Pengangan Desa Sentolo, berdiri pada tahun 1983.
10.         Rodat.  Terdapat di Desa Tuksono dan Desa Demangrejo. Organisasi tertua Rodat Kalisoka, terdapat di Kalisoka Desa Tuksono, berdiri pada tahun 1960.
11.         Kobrasiswa. Terdapat di Jetak Desa Sentolo, organisasinya Kobrasiswa Jetak, berdiri pada tahun 1994.

Potensi yang sosial dan budaya juga sangat dudukung oleh upacara-upacara adat yang ada di Kecamatan Sentolo. Beberapa diantaranya adalah:
1.             Upacara Bersih Dusun Tuksono. Terdapat di Desa Tuksono, waktu pelaksanaan bulan Besar, hari dan pasaran tidak tetap dan dilaksanakan satu tahun sekali, pelakunya masyarakat Tuksono. Upacara mboyong Mbok Sri atau Dewi Padi dari wiwit (methik) dengan selamatan kemudian dibawa pulang (pedaringan).   Setelah panen dengan mboyong Mbok Sri warga mengadakan syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui Eyang Kertayuda (Cikal bakal Tuksono) agar diberi keselamatan dan apa yang diinginkan dapat terkabul.
2.             Upacara Saparan Banguncipto. Terdapat di Desa Banguncipto, waktu pelaksanaan bulan Sapar, Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon setiap tahun sekali, pelakunya masyarakat Sorogenen.   Upacara dilaksanakan di Sorogenen, merupakan petilasan Kyai / Nyai Sorogeni Surani istri dari Blambangan yang menetap disitu.   Sorogenen berada di Gunung Karang.   Maksud upacara mengucapkan sedekah di Petilasan.

E.            PARTISIPASI MASYARAKAT SENTOLO DALAM PNPM MANDIRI
Kecamatan Sentolo telah berpartisipasi dalam PPK sejak tahun 1998, dan sampai saat ini telah mendapat alokasi BLM PPK I (Siklus 1/2/3) Rp. 1.999.986.000, dan PPK III (Siklus 7/8/11) TA 2005 Rp 750.000.000. Tahun 2006 (PNPM Rehabilitasi Pasca Gempa) Rp 1.400.000.000. Memasuki TA 2007 kecamatan ini berpatisipasi  dalam PNPM Mandiri Perdesaan dengan BLM sebesar Rp 750.000.000,00 (TA 2007), Rp 1.750.000.000,00 (TA 2008), Rp 2.000.000.000 (TA 2009), Rp 2.000.000.000 (TA 2010) dan Rp 600.000.000 (TA 2011) sampai dengan saat ini dana BLM PPK-PNPM-MP di Kecamatan Sentolo adalah Rp 11.249.986.000.
Berikut adalah besaran dana yang dikelola masyarakat Kecamatan Sentolo selama tahun 2011 dalam program PNPM mandiri dalam kegiatan dana bergulir.

a.              Kondisi Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Januari- 31 Oktober 2011
No
Keterangan
Jumlah
Satuan
1
Jml Kelompok
28
Kel
2
Penerima Pinjaman
220
Orang
3
Jml Dana yang sudah Digulirkan
1.052.500.000
Rp
4
Saldo Pinjaman di Masyarakat
978.075.600
Rp
5
Prosentase Pengembalian
98,69
%
6
Tunggakan Kolektibilitas V *)
57.166.800
Rp

*) Tunggakan Lebih dari 6 bl



b.             Kondisi Simpan Pinjam Kel. Perempuan (SPP) Januari- 31 Oktober 2011
No
Keterangan
Jumlah
Satuan

Jml Kelompok
66
Kel

Penerima Pinjaman
507
Orang

Jml  Dana yang  Digulirkan
1.522.500.000
Rp

Saldo Pinjaman di Masyarakat
1.098.634.800
Rp

Prosentase Pengembalian
99,58
%

Tunggakan Kolektibilitas V *)
20.821.200
Rp

*) Tunggakan Lebih dari 6 bl



c.              Keuangan UPK
a.                  Berdasarkan Neraca Microfinance per 31 Oktober 2011
No
AKTIVA
Rp Juta
PASIVA
Rp Juta
1
Kas
547.400,0
Hutang
  16.157.197,5
2
Bank
692.959.828,5
Modal BLM UEP/SPP
1.523.937.764,0
3
Pinjaman di masy
2.076.710.400,           
Bunga bank BPPK 2008
1.068.612,0
4
Inventaris / Aktiva Tetap
14.803.866,7
Bunga bank BPPK 2009
1.806.035,0



AO UPK
224.839.581,0
5
Rupa rupa aktiva
1.162.500,0
Surplus/defisit ditahan
756.725.296,7



Surplus/defisit berjalan
261.649.506,0
6
Jumlah
2.786.183.992,2
Jumlah
2.786.183.992,2




b.                  Berdasarkan Laporan Operasional UPK per  31 Oktober 2011
No
Uraian
Rupiah

Total Pendapatan
431.427.256,00

Total Biaya
166.821.847,00

Biaya Operasional UPK
169.288.258,00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar